Allah itu Rabb Al-Falaq, Yang menguasai Shubuh.
Kenapa meminta perlindungan pada Rabb Al-Falaq? Padahal Allah itu Rabb yang menguasai segala sesuatu.
Patut diingat bahwa Al-Falaq berarti shubuh. Allah itu Rabb Al-Falaq berarti Allah itu yang menguasai shubuh. Shubuh adalah awal waktu tampaknya cahaya. Cahaya inilah yang mengusir pasukan kegelapan dan perusak pada malam hari. Setiap perusak, pengganggu, pencuri, begal, dikembalikan pada tempatnya masing-masing, hewan pengganggu juga kembali masuk pada bungkernya. Setan pun yang menyebar pada malam hari kembali lagi ke tempatnya. Atas latar belakang ini, Allah memerintahkan kita sebagai hamba-Nya untuk meminta perlindungan dengan Rabb Yang menguasai nur (cahaya). Allahlah yang menguasai kegelapan dan menghilangkannya, serta menguasai serdadunya. Oleh karena itu, dalam Al-Qur’an disebutkan bahwa Allah mengeluarkan hamba-Nya dari kegelapan menuju cahaya, juga mengeluarkan seseorang dari kekafiran yang begitu gelap.
Tentang amalan orang kafir disebutkan dalam ayat,
أَوْ كَظُلُمَاتٍ فِي بَحْرٍ لُجِّيٍّ يَغْشَاهُ مَوْجٌ مِنْ فَوْقِهِ مَوْجٌ مِنْ فَوْقِهِ سَحَابٌ ۚ ظُلُمَاتٌ بَعْضُهَا فَوْقَ بَعْضٍ إِذَا أَخْرَجَ يَدَهُ لَمْ يَكَدْ يَرَاهَا ۗ وَمَنْ لَمْ يَجْعَلِ اللَّهُ لَهُ نُورًا فَمَا لَهُ مِنْ نُورٍ
“Atau seperti gelap gulita di lautan yang dalam, yang diliputi oleh ombak, yang di atasnya ombak (pula), di atasnya (lagi) awan; gelap gulita yang tindih-bertindih, apabila dia mengeluarkan tangannya, tiadalah dia dapat melihatnya, (dan) barangsiapa yang tiada diberi cahaya (petunjuk) oleh Allah tiadalah dia mempunyai cahaya sedikitpun.” (QS. An-Nuur: 40)
Allah juga menyebutkan tentang sifat orang beriman dan cahaya mereka,
۞اللَّهُ نُورُ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ ۚمَثَلُ نُورِهِ كَمِشْكَاةٍ فِيهَا مِصْبَاحٌ ۖالْمِصْبَاحُ فِي زُجَاجَةٍ ۖالزُّجَاجَةُ كَأَنَّهَا كَوْكَبٌ دُرِّيٌّ يُوقَدُ مِنْ شَجَرَةٍ مُبَارَكَةٍ زَيْتُونَةٍ لَا شَرْقِيَّةٍ وَلَا غَرْبِيَّةٍ يَكَادُ زَيْتُهَا يُضِيءُ وَلَوْ لَمْ تَمْسَسْهُ نَارٌ ۚنُورٌ عَلَىٰ نُورٍ ۗيَهْدِي اللَّهُ لِنُورِهِ مَنْ يَشَاءُ ۚوَيَضْرِبُ اللَّهُ الْأَمْثَالَ لِلنَّاسِ ۗوَاللَّهُ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيمٌ
“Allah (Pemberi) cahaya (kepada) langit dan bumi. Perumpamaan cahaya Allah, adalah seperti sebuah lubang yang tak tembus, yang di dalamnya ada pelita besar. Pelita itu di dalam kaca (dan) kaca itu seakan-akan bintang (yang bercahaya) seperti mutiara, yang dinyalakan dengan minyak dari pohon yang berkahnya, (yaitu) pohon zaitun yang tumbuh tidak di sebelah timur (sesuatu) dan tidak pula di sebelah barat(nya), yang minyaknya (saja) hampir-hampir menerangi, walaupun tidak disentuh api. Cahaya di atas cahaya (berlapis-lapis), Allah membimbing kepada cahaya-Nya siapa yang dia kehendaki, dan Allah memperbuat perumpamaan-perumpamaan bagi manusia, dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.” (QS. An-Nuur: 35). Lihat bahasan dalam At-Tashiil li Ta’wil At-Tanziil Juz ‘Amma fii Sual wa Jawab, hlm. 690-691.
Siddiq Hasan Khan dalam Fathul Bayan menyatakan, “Al-Falaq dikhususkan di sini sebagai isyarat bahwa Allah yang mampu menghilangkan gelap gulita di alam ini, berarti Allah juga mampu untuk menghilangkan ketakutan dan kekhawatiran dari orang yang meminta perlindungan kepada-Nya.” Lihat At-Tashiil li Ta’wil At-Tanziil Juz ‘Amma fii Sual wa Jawab, hlm. 692.
Semoga bermanfaat. Nantikan lagi bahasan berikutnya mengenai tafsir surah Al-Falaq.
Baca Juga:
Referensi:
At-Tashiil li Ta’wil At-Tanziil Juz ‘Amma fii Sual wa Jawab. Syaikh Musthafa Al-‘Adawi. Penerbit Maktabah Makkah.
Selesai disusun Ahad pagi, 21 Dzulqa’dah 1441 H, 12 Juli 2020
Oleh: Muhammad Abduh Tuasikal
Artikel Rumaysho.Com